Archive for September, 2018

Komunikasi Produktif pada Anak (Hari 15)

Hari ini, kami berniat untuk melakukan Forum Keluarga yang agak serius. Karena biasanya kalau kami sedang berkumpul, yang ada hanya mengobrol ringan dan tertawa hahahihi..

Di Forum Keluarga (agak serius) ini, target yang ingin kami bicarakan lebih ke tujuan hidup, masa depan dan koreksi diri. Biasanya ngobrol (agak) serius seperti ini, hanya saya dan suami. Tapi kali ini, kami akan mengajak El, untuk terlibat dalam Forum Keluarga.

Beberap poin dari sekian banyak yang kami bicarakan, yang melibatkan El, adalah sbb :

Tentang Sekolah

πŸ§•πŸ»”El, kalau sudah umur 6 tahun nanti (tahun depan). El mau sekolahnya TK lagi atau SD?”

πŸ‘¦πŸ»”SD”

πŸ§•πŸ»”Hmmm, memang SD seru ya..?”

πŸ‘¦πŸ»”Nanti kan Hanan, Ahsan, Rais (nama teman di kelas TKB-nya) mau SD juga”

πŸ§•πŸ»”El, tapi kalau SD itu habis solat Subuh sudah langsung siap-siap mandi, ga main dulu. Terus pulang sekolahnya lebih siang. Terus belajarnya lebih tertib. Terus di sekolahnya udah ga ada playground.”

πŸ‘¦πŸ»”Di Sincen (nama SD yang pernah kami survey) ada Bun..”

πŸ§•πŸ»”Oh iya ya, ada permainan, tapi cuma sedikit ya, cuma 1..”

πŸ‘¦πŸ»”El mau TK lagi aja Bun.”

πŸ§•πŸ»”Iya El. El nggak apa-apa ya kalau temannya nanti sudah pada SD. Nanti di TK lain pun, El ketemu dengan teman yang baru. Sekarang, El umurnya masih belum cukup Nak. SD-nya nanti saja yaa, pas umur 7 tahun.

πŸ§”πŸ» (menyimak)

πŸ‘ΆπŸ» (Zzzzzz….)

……

Saling Koreksi Diri

πŸ§•πŸ»”El, menurut El, bunda cantik ga?”

πŸ‘¦πŸ»”Nggak.”

πŸ§•πŸ»”Yaaah…”

πŸ‘¦πŸ»”Eh, cantik deh cantik..”

πŸ§•πŸ»”Asiiik, makasih Nak. Bunda baik ga?”

πŸ‘¦πŸ»”Baik”

πŸ§•πŸ»”Kenapa bunda dibilang baik? Sukanya kalau bunda lagi apa?”

πŸ‘¦πŸ»”Kalau lagi main”

πŸ§•πŸ»”Oh gitu ya. Bunda juga seneng kalau main bareng. Tapi kalau bunda ada urusan, El pinter ya main sendiri dulu.”

πŸ§•πŸ»”Hmmm, terus El ga sukanya kalau bunda gimana?”

πŸ‘¦πŸ»”Marah”

πŸ§•πŸ»”Emang bunda pernah marah ya? Mungkin bukan marah, tapi tegas.”

πŸ§•πŸ»”Eh tapi gini deh.. Kalau menurut El bunda sedang marah, El peluk Bunda ya.. Ingetin Bunda.. El bilang Bunda bicara baik-baik.. Gitu yaa.. Janji..”

πŸ‘¦πŸ»”Bunda jangan lupa lupa donk”

πŸ§•πŸ»”Insya Allah nggak. Tapi kalau Bunda lupa, peluk dan ingetin yaa..”

πŸ§”πŸ» (menyimak)

πŸ‘ΆπŸ» (Zzzzzz….)

El dan Ayah. Ayah yang lebih banyak menyimak 😁

Komunikasi Produktif pada Anak (Hari 14)

Kemarin hari yang luar biasa. Karena sepertinya Adek mengalami grow spurth, sehingga maunya nenen dan nempel dengan bunda.

EL yang biasanya bermain bersama saya, terus mengekor saya. Dan El bilang bahwa ia mau tunggu saya saja, ga mau main sendiri.

Dan ternyata sampai sore Adek tidak juga tidur nyenyak, sebentar ditinggal oleh saya Adek menangis, dan maunya digendong saja.

Alhamdulillah El bersabar, tapi justru saya yang merasa capek dan agak kesal karena El terus membuntuti sementara Adek ‘rewel’.

Sampai waktu bada Maghrib. Adek menangis jerit menjerit, dan El masih teruus saja membuntuti saya. Saat itu saya berada di puncak kekesalan.

Yang saya lakukan adalah sejenak membiarkan Adek (yang sedang menangis) di tempat tidur, diam, istighfar dan tarik nafas dalam. Lalu berusaha tersenyum. Saya tatap mata El dan berbicara dengan sungguh-sungguh,

Kakak, Bunda minta tolong Kakak untuk diam sebentar sampai Adek tidur. Kakak boleh apa saja, tapi tidak bersuara dan tidak berbisik-bisik dulu dengan Bunda. Boleh ya..”

El mengangguk..

Daan.. Tidak sampai 15 menit, Adek sudah bisa tidur dengan nyenyak..

Alhamdulillah Ya Allah.. Atas energi dari-Mu yang membuat hamba dapat mengalahkan diri sendiri..

Komunikasi Produktif pada Anak (Hari 13)

Kebiasaan saya yang dilakukan sejak hari pertama Game 1 adalah mengajak anak bercerita setelah sepulang sekolah, dengan gaya observasi.

Hari ini EL saya jemput ke sekolah, seperti biasanya. Dari sejak ia melihat saya di sekolah, wajahnya sangat sumringah.. Dan tanpa saya tanyakan, ia sudah mulai terbiasa bercerita. Setelah memeluk saya, El bercerita,

Bun, tadi El jadi pemimpin. Bunda bangga nggak kalau El jadi pemimpin?

Bun, tadi di kelas El diceritain tentang Tanaman.

Bun, tadi Rais bilang katanya mau ke Aeon sama bundanya mau dibeliin mainan.

Bun, tadi El bekel rotinya habis 2. Yang 1 lagi nggak habis. Padahal Ihsan nggak bawa bekal ,tapi dia nggak mau roti.

Bun, kata Miss bawa pensil & rautan buat dikasih ke anak-anak yang nggaki punya ayah bunda. Terus mau jalan-jalan naik odong-odong ke Taman Kota.

…….

……..

Dan terus ia bercerita, sepanjang perjalanan bahkan sampai setelah sampai di rumah ia masih lanjut bercerita. Ya Allah, senang sekali mendengar El bercerita dengan antusias dan sangat nyaman dengan lancar menceritakan apapun yang ia alami tadi. Saya merasa menjadi orang yang paling berharga dan sahabat yang paling dirindukan oleh anak. Semoga hubungan kami sebagai anak dan ibu memiliki bonding yang kuat dan bertambah kuat dengan pola komunikasi yang terus diperbaiki.

Komunikasi Produktif pada Anak (Hari 12)

Karena sejatinya, belajar pada anak adalah bermain. Makaa.. hari ini waktunya kitaaaa.. bermaiiin.. Yeay! (ibunya yang senang jugak hehe)

Sepulang sekolah, hari ini El saya ajak ke tempat permainan. Saya bebaskan untuk bermain apa saja.. Dan juga saya tidak mematok waktu untuk bermain (asalkan sebelum magrib sudah harus sampai di rumah). Biasanya cukup 1 – 2 jam di tempat permainan, dan biasanya ekspresi mukanya kecewa dan kurang puas. Ok nak, sekarang boleh main sepuasnyaa..

1 jam berlalu..

.

.

.

2 jam berlalu..

.

.

.

3 jam berlalu..

.

.

.

Hmmm, ternyata bermain bersama anak, mengawasi, menungguinya sambil membawa bayik, cukup melelahkan. Akhirnya, saya rasa ini sudah waktunya untuk menyudahkan permainan.

πŸ§•πŸ»”El, sini nak, bunda mau bicara..

(El mendekat)

πŸ§•πŸ»”Sudah masuk ke waktu solat Ashar. El sudah main 3 jam loh, lama sekali kan..? Bunda kasih bonus berapa menit lagi yaa untuk bermain..?”

πŸ‘¦πŸ»”Yaaah.. (raut muka kecewa). 10 menit Bun.”

πŸ§•πŸ»”Ok. Nanti kalau sudah 10 menit, langsung pulang yaa..

πŸ‘¦πŸ»”Bun, berapa menit lagi?

πŸ§•πŸ»”3 menit nak

πŸ‘¦πŸ»”El main ke atas sekali lagi ya Bun?”

πŸ§•πŸ»”Iya Nak

Dan tibalah waktunya pulang!

πŸ§•πŸ»”El, sudah 10 menit. Ayo pakai sepatunya..

(El merapikan mainannya, lalu bergegas turun)

Yeay, mamak berhasil ngajak pulang anak tanpa drama!

Bermain adalah dunianya anak. Dan hal yang paling tidak disukai anak adalah ketika waktu bermainnya sudah selesai (pulang dari tempat bermain atau tidur). Maka dari itu, berilah waktu bagi anak untuk bersiap-siap “berpisah” dengan waktu bermainnya. Ini akan membuat akhir dari waktu bermainnya menjadi tetap indah dan menyenangkan.

Komunikasi Produktif pada Anak (Hari 11)

Setiap kali dan saat Adek bobo, EL hampir selalu menggenggam tangan adeknya karena gemas. Kalau baru saja bobo, otomatis Adek langsung terbangun dan menangis.

Kali ini saya meneguhkan hati untuk menghilangkan kebiasaan lama, yaitu spontan menepis tangan El dan bilang bahwa itu tidak boleh.

Kali ini, ketika El menggenggam tangan Adek saat tidur, saya mencoba menarik nafas lalu menenangkan Adek hingga tertidur kembali.

Ketika Adek sudah bobo, saya berkata pada El,

El, bunda berharap, kalau Adek sedang tidur, El cukup lihat saja. Karena kalau El pegang tangan Adek….

…. Adek jadi bangun.”

Iyaaa. Pegang dan ciun Adeknya kalau Adek sedang bangun aja ya Nak.”

Iya Bun.”

Mungkin nasihat ini tidak dapat langsung diingat oleh anak (syukur-syukur bisa langsung, aamiin. Namun kita sebagai orangtua yang harus terus konsisten, memberi nasihat dengan lemah lembut. Agar bukan hanya diterima oleh telinga, tetapi diterima juga oleh ingatan dan perasaan.

Komunikasi Produktif pada Anak (Hari 10)

Kalau tidak tidur siang, jam 7 adalah jam-jam kritisnya El. Dimana ia bisa tiba-tiba menangis atau ngambek tanpa sebab yang jelas, yang artinya ia sudah sangat kelelahan.

Sore tadi El mendapat kiriman paket dari Omanya, yaitu bricks. Seharusnya begitu magrib dia sudah bersiap-siap untuk tidur. Tapi kali ini ia memohon untuk diperbolehkan menyelesaikan permainannya. Sebenarnya berat bagi saya untuk mengizinkannya, karena kalau tiba-tiba bangunannya ambruk, ia akan menangis kesal.

Akhirnya, Saya memperbolehkannya, dengan syarat ,”Kalau sudah capek, el bilang ke bunda ya, kita istirahat dan besok dilanjut kembali. Kalau bangunannya ada yang ambruk atau sulit dipasang, El coba dulu ya, pasti El bisa kok.”

Satu jam berlalu..

Dan tiba-tiba..

Bunda, ini bangunannya ambruk..” (dengan nada suara sedikit kesal)

Ayo pelan-pelan dipasang lagi, sini bunda temani..” (sambil mengusap-usap punggungnya)

Dengan tekun ia berusaha memasang kembali bangunannya yang ambruk..

Lalu, setengah jam kemudian..

Taraaa…

Memotivasi anak adalah bekal berharga ketika ia besar nanti, agar kelak selalu berusaha, pantang menyerah, dan percaya diri.

Komunikasi Produktif pada Anak (Hari 9)

Hari ke-9 ini saya merasa perubahan dalam diri, yaitu berkata lemah lembut dan bersabar atas tingkah polah anak. Saya resapi, apakah ini buah dari rutinitas menulis setiap malam belakangan ini. Yang membuat saya merasa berharga dan mensyukuri hal yang terlihat sepele.

Sudah beberapa hari ini pun, El setiap malam selalu berkata,

Bunda, El seneng hari ini karena Bunda baik.”

Alhamdulillah ya Allah, rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ucapan terima kasih yang tulus dari buah hati.

Dan, yang membuat tadi sore mbrebes mili adalah..

Bunda, sebentar bunda jangan keluar dulu.

Bergegaslah ia keluar, dan kembali dengan tangan di belakang badannya.

Ini buat bunda.

Speechless..

Komunikasi Produktif pada Anak (Hari 8)

Hari ini sepulang sekolah El makan di resto fast food. Menu makan siangnya kali ini adalah nasi, ayam goreng tepung, dan sop yang semuanya disajikan di piring/mangkuk kertas.

Tiba-tiba El menuangkan sopnya ke dalam piring kertas. Hmmm, saya tarik nafas lalu berkata,

πŸ§•πŸ»”El, apa ga sebaiknya nasinya aja yang dituang ke mangkuk?”

πŸ‘¦πŸ»”Nggak.”

Baiklah..

Tidak berapa lama, nampan makanannya banjir dipenuhi air.

πŸ‘¦πŸ»”Yaah, basah bun.”

πŸ§•πŸ»”Iya nak, karena piringnya terbuat dari kertas, jadi airnya keluar deh karena rembes.

πŸ‘¦πŸ»”Ooh..”

Lesson learned! πŸ‘ŒπŸ»

Terkadang kita semerta-merta menginterupsi anak, tanpa membuat anak berfikir terlebih dahulu, yang justru menggerus kepercayaan diri anak. Biarkan anak mencoba terlebih dahulu, sehingga ia bisa belajar dari kesalahannya. Karena pengalaman adalah guru terbaik, mereka akan lebih mengerti dan menghayati apa makna dibaliknya.

Yang selalu setia mengantar Kakak El kemanapun

Komunikasi Produktif pada Anak (Hari 7)

Kemandirian pada anak bukanlah sulap dengan hanya menjentikkan jari abrakadabraaa dan tidak bisa instan, tetapi butuh proses yang tidak singkat.


Memang terkadang kita sebagai orangtua geregetan karena anak melakukan segala sesuatu dengan perlahan dan tidak sempurna. Kita seringkali lupa bahwa anak-anak masih belum sempurna kemampuan motoriknya, jangan disamakan standarnya dengan kemampuan motorik orang dewasa yang sudah hidup puluhan tahun lamanya. Mungkin bagi kita mengancingkan baju adalah hal yang sepele, tapi bagi anak-anak itu adalah sebuah tantangan. Bagaimana kalau kita sendiri diberi tantangan tetapi malah dipatahkan semangatnya oleh orang yang kita andalkan?


Pagi ini EL bersiap-siap pergi sekolah sendiri. Kali ini saya meneguhkan hati untuk menyemangatinya agar bisa sukses melakukan semuanya sendiri, tanpa banyak koreksi dan tanpa membuatnya tertekan karena diburu waktu.


Kata-kata pamungkas saya pagi ini :

β€’ β€œAyo Nak, gak apa-apa, Bunda tungguin kok..”

β€’ “Dicoba dulu Nak, Bunda percaya El bisa”

β€’”Setelah … ngapain yaa?”


Alhamdulillah, El dapat menyelesaikan semuanya sendiri. Mulai dari mandi, pakai minyak telon, pakai baju, sarapan, membawa tas sendiri, hingga pakai sepatu. Walaupun pada akhirnya agak terlambat masuk ke sekolah. Gak apa ya nak, besok artinya kita bangun lebih pagi lagi.. Terima kasih ya El, sudah bisa mandiri, bunda bangga.. I love you son πŸ’™


Komunikasi Produktif pada Anak (Hari 6)

Hari ini el bersepeda cukup jauh (5km) dan melalui beberapa tanjakan.

Tandon, Ciater – Serpong

Namun El ketika disuruh memilih, tetap tidak mau tidur siang. Alhasil ketika ashar El sudah mulai cranky dan sudah tidak tertahankan lagi.. Saat itu, saya tidak banyak berkata, saya hanya memeluknya.

Ketika akan berpisah dengannya, peluklah anakmu..

Ketika bertemu kembali dengannya, peluklah anakmu..

Sebelum ia terlelap, peluklah anakmu..

Setelah ia bangun, peluklah anakmu..

Ketika ia rapuh, peluklah anakmu..

Ketika ia marah, peluklah anakmu..

Ketika ia senang, peluklah anakmu..

Ketika kau bangga padanya, peluklah anakmu..

Kapanpun.. peluklah anakmu..

Karena kaulah dunianya

Dan kau tidak akan pernah tau, setiap kau memeluknya, sedalam apa ia menaruh namamu di hatinya, di jiwanya,di doanya..

#ilmumemelukanak

« Previous entries